Surat untuk Pak Wali dan Pak Wawali

16.26 Posted In Edit This 0 Comments »
Yang terhormat Bapak Wali Kota Bambang D.H. dan Bapak Wawali Arif Afandi. Belakangan ini, berita di media massa menyinggung seputar hubungan Bapak berdua yang terkesan kurang harmonis. Benarkah kurang harmonis? Sebagai warga Surabaya yang ingin para pemimpinnya selalu rukun dan kompak dalam memimpin kota ini, tentu saja saya berharap kabar itu tidak benar.

Kami masih ingat, ketika Bapak berdua berpasangan dalam pemilihan wali kota 2005, slogan yang diusung cukup mengena: Mari Kita Selesaikan yang Tertunda. Dan terbukti, slogan itu mampu mengantarkan Bapak berdua menjadi pemenang dalam pesta demokrasi tersebut.

Singkatan nama Bapak berdua (BaRa: Bambang-Arif) juga paling bagus dibanding calon-calon lain. Dan terbukti, BaRa memang paling membara dibanding pasangan lainnya kala itu.

Ingatan kami empat tahun lalu tersebut belakangan terusik ketika kami mengikuti perkembangan berita di media massa. Dari berita itu, muncul kesan kuat bahwa Bapak berdua sedang ''berperang dingin''.

Setelah Pak Arif masuk secara resmi di Partai Demokrat dan dipercaya menjadi salah seorang wakil ketua di DPD Partai Demokrat Jatim, Pak Bambang terkesan kian sering tampil bareng bersama Pak Saleh Mukadar, ketua DPC PDIP Surabaya.

Masuknya Pak Arif ke Demokrat dan seringnya Pak Bambang tampil bersama Pak Saleh dengan mudah dimaknai publik sebagai langkah ancang-ancang menuju perhelatan pemilihan wali kota (pilwali) 2010.

Apalagi, Pak Arif secara terang-terangan telah mendeklarasikan kesiapannya untuk menggantikan Pak Bambang sebagai wali kota Surabaya (Jawa Pos, 22 Februari 2009).

Apakah yang dilakukan Pak Bambang dan Pak Arif salah? Kami sama sekali tak bermaksud menyalahkan apa yang telah dilakukan Bapak berdua. Itu adalah urusan politik, dan mungkin apa yang dilakukan Bapak berdua bisa saja dianggap wajar dalam berpolitik.

Sebagai warga Surabaya, kami hanya khawatir. Pertama, kami khawatir ketidakharmonisan Bapak berdua (jika memang benar sedang tidak harmonis) akan berdampak terhadap jalannya roda pemerintahan di Pemkot Surabaya.

Bapak berdua harus ingat, masa bakti Bapak berdua masih kurang setahun lagi. Masih lumayan panjang untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang belum terselesaikan selama ini.

Jika Bapak berdua sekarang sudah tidak harmonis, dan mulai sekarang sudah menebar hawa ''musuh dalam selimut'', kekhawatiran saya yang kedua: akan berdampak pada kesolidan jajaran di bawah.

Mereka pasti akan bingung ketika melihat para pemimpinnya sedang tidak harmonis. Atau, bahkan mereka bisa terkotak-kotak dalam dua kubu. Ada kubu Pak Bambang, ada juga kubu Pak Arif. Jika itu yang terjadi, kekhawatiran kami yang ketiga: kinerja birokrasi akan terganggu.

Karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam, kami berharap Bapak berdua benar-benar menjunjung tinggi janji dan komitmen dalam kampanye empat tahun lalu. Pekerjaan yang harus diselesaikan Bapak berdua setahun ke depan masih cukup banyak.

Nasib Pasar Turi dan para pedagangnya sampai sekarang masih belum tuntas. Itu baru sebagian kecil saja di antara seabrek problem perkotaan lainnya. Untuk saat ini, lupakan dulu politik, meski Bapak berdua adalah sama-sama kader parpol (yang berbeda).

Kami lebih suka Bapak berdua terlihat bekerja, ketimbang terlihat umek menyiapkan agenda untuk perhelatan yang masih setahun lagi.

Akhirnya, kami mohon maaf jika surat ini tak berkenan di hati Bapak berdua. Ini hanyalah surat unek-unek dari warga Surabaya yang ingin kotanya maju dan ingin menyaksikan pemimpinnya rukun.

0 komentar:

Posting Komentar